Jadi Pimred di Jawa Pos

Jadi Pimred di Jawa Pos
inilah satu2nya foto yang dibidik kawan saya, saat itu lgi rapat redaksi perdana penerbitan KOPER Radar Kudus, itulah awalnya saya terpilih menjadi Pimpinan Redaksi yang pertama kli, inilah sejarah yang kuukir di belantika dunia jurnalistik... di Kudus Khususnya, itu mas rustam yang lg mimpin rapat.... Jaya KOPER (Koran Pelajar)

Welcome .....

Selamat datang para pengunjung di www.emas-ijo.blogspot.com
carilah inspirasi disana....
terimakasih atas partisipasinya

Laut Lepas Parangtritis

Laut Lepas Parangtritis
Laut Lepas Parangtritis...... waaaaaaaaaaaaaaaaa.....................!

Crew KOPER Radar Kudus Januari 2010

Crew KOPER Radar Kudus Januari 2010
foto yang kukenang

Pengurus Harian PP TBS 2009

Pengurus Harian PP TBS 2009
Inilah salah satu foto yang selalu ku kenang

Minggu, 08 Maret 2015

Api Tauhid : Said Nursi, Dikotomi Pendidikan Itu Salah!

Api Tauhid : Said Nursi, Dikotomi Pendidikan Itu Salah! “Merubah Pedaban Dengan Ilmu dan Cinta Ilahi” Judul : Api Tauhid, Cahaya Keagungan Cinta Sang Mujaddid Penulis : Habiburrahman El-Shirazy (Penulis Adikarya Ayat-Ayat Cinta) Editor : Syahruddin El-Fikri Tebal : xxxvi + 573 Hlm, 13.5x20.5 Cetakan : II, November 2014 Penerbit : Republika Jakarta Resensator : M. Abdul Muhith (Mahasiswa Universitas Al-Ahgaff, Yaman) Sejak dimakzulkannya Sultan Ahmed II dari pemerintahan dan khalifah Utsmani tutup riwayat di muka bumi. Langit kejayaan Islam Eropa meredup, diganti hitam pekat berarak berhembus dari langit mayapada Turki. Cahaya tak lagi berpendar kesendi-sendi. Mulailah dalam kungkungan kekuasan tiran Mustafa Kemal Attaturk yang estrem-sekuler, Turki mengalami titik sekarat yang sangat krusial, kantor Syaikhul Islam di Turki dijadikan gedung dansa, zawiyah sufi ditutup, penghapusan total mata pelajaran Al-Qur’an, penggunaan angka dan huruf Hijaiyyah dilarang keras diganti huruf latin, simbol kegamaan dihapus, jejak Islam ditiadakan, semua yang berbau arab ditebas, adzan dilarang berbahasa arab, penghapusan agama dari pemerintahan dan seluruh instansi pendidikan. Turki, dimana letak kejayaan khilafah ustmani berkibar, kini telah lebur bak abu yang siap dihembus angin terbang lalu hilang. Secara runtun, Kang Abik mampu mengolah sebuah sejarah yang dimata orang hanya sekedar lembaran-lembaran yang lalu menjadi sebuah kisah yang menggugah dan menggetarakan jiwa. Pengayaan bahasa, dengan perpaduan sastra, sejarah menjadi lebih memikat saat ia berhasil di novelisasikan. Dengan menjaga keontetikan data, nama, tempat, tahun dan penggambaran situasi. Novel Api Tauhid dengan pengisahan yang detail, akan lebih dalam dan tajam dibandingkan cerita-cerita berbentuk video. Badiuzzaman Said Nursi, ya tokoh utama sejarah Turki itu. Lahir di distrik Nurs, pelosok Turki. Dalam novel tersebut diceritakan rinci, bagaimana lahirnya sang tokoh Badiuzzaman Said Nursi dengan kecerdasan otak yang luarbiasa, dalam usia belia 15 tahun sudah mampu menghafal kitab-kitab referensi induk dalam berbagai ilmu, menghafal Al-Qur’an dengan dahsyatnya ia tempuh selama 20 hari. Dan gelar Badiuzzaman disematkan oleh gurunya yang bernama Molla Fethullah Efendi, guru besar di Siirt, disamakan dengan Badiuzzaman Hamdani (abad 3), ulama jenius mempunyai hafalan luarbiasa, ya ‘Keajaiban Zaman’. Disana ada pelajaran terpenting, yaitu faktor orang tua dalam membina anak. Mirza dan Nuriye, adalah abah dan umi dari Said Nursi. Apa yang mereka sumbangsihkan hingga lahir anak yang luar biasa. Suatu sekolah yang tidak ternilai harganya, sang Ibu adalah faktor utama untuk menjadikan karakter anak tumbuh. Pengamalan syariat islam yang teguh. Nuriye selalu menjaga wudhu disetiap ingin menyusui Said Nursi. Dan banyak sekali, anda akan puas jika membacanya dengan bumbu romantika cinta. Dikotomi Pendidikan Itu Salah! Kecerdasan Said yang luar biasa membuat kegelisahan tersendiri. Maka pada tahun 1910-an mengusulkan sistem pendidikan anti dikotomis, yang membedakan antar disiplin ilmu. Pengajaran ilmu-ilmu umum juga perlu disilabuskan dalam pesantren-pesantren. Ilmu-ilmu agama juga diajarkan di sekolah-sekolah umum secara berimbang. Dalam istilah filasafat, Said Nursi ingin menegaskan pentingnya ontology, epitimologi, dan aksiologi. Pendidikan inilah yang akan mengantarkan kejayaan Islam. Dan inilah yang harus dikembangkan, jika dari salah satu aspeknya runtuh maka gagal. Kemajuan eropa dari perbagai perkembangan sains, dan teknologi yang mulai merasuk paham sekuler ke sendi-sendi Turki, menggugah Said Nursi untuk menggagas sebuah Universitas yang menggabungkan antara Agama dan Ilmu Modern, mulailah ia gagas Madrasatuz Zahra di Anatolia Timur, sebuah universitas yang memadukan mekteb yang unggul sebagai akal budi. Medrese yang paling baik sebagai hati, dan zawiye yang paling suci sebagai nurani. Madrasah ini akan melahirkan jenius-jenius muslim yang multi keahlian. Said Nursi merasa bahwa pendidikan di turki lebih berkiblat pada barat. Rancangan itu diajukan kepada Sutan Ahmed II, namun sayang, proposal itu ditolak. Akhirnya Said Nursi, menerima model pendidikan yang ada. Dari istulah pendidikan Turki melahirkan Young Turk Movement, yang melahirkan otak-otak pelengseran Sultan bahkan pembubaran Khalifah di bumi Turki untuk selama-lamanya. Ketika pemerintah mulai bergejolak, Sultan Ahmed rasa bahwa model pendidikan di negerinya salah namun terlambat, sang Sultan sudah tidak punya taring di pemerintahan sedikit demi sedikit sudah digerogoti yang berujung pada pemakzulan. Dan sejarah mencatatnya pada 3 Maret 1924 Khilafah Utsmaniah pergi untuk selama-lamnya. Kalau saja usulan ini diterima oleh sultan, mungkin sejarah berbicara lain, bangsa Turki tidak akan menjilat pedih dan kelam negerinya diabrik-abrik paham sekuler yang berbuntut pada runtuh dan terjungkalnya kejayaan Khilafah Turki Utsmani. (baca secara runtun kisahnya hal. 321) Dia sang pembaharu islam, ‘Keajaiban Zaman’ Said Nursi. Diatas kejamnya pemimpin yang lalim, dan jajahan bangsa barat Said Nursi tak luput dari berbagai hukuman, siksaan, dan ancaman. Ia rela merengkuk selama 25 tahun dari penjara-kepenjara demi menyelamatkan tauhid bangsanya yang telah dirasuki paham sekuler barat. Dalam kungkungan hukuman, siksaan dan sadisnya dinding penjara, justru saat itulah bilik-bilik penjara mengukir Said Nursi untuk menuliskan sebuah pelajaran paling berharga di dunia ini. Risalah Nur mampu menyebar keseluruh pelosok antero, walaupun Said Nursi dalam pengsingan namun tulisan-tulisannya mampu menembus kanvas dunia luar. Murid Said Nursi, terus menyertainya, menyebarkan api tahuid kerumah-rumah, tua, muda, besar, kecil menyalin tulisan itu. Walaupun penggunaan bahasa arab saat itu dilarang keras Said Nursi tetap teguh menyebarkan islam. Bagaimana lika liku Rislah Nur menyebar, simak secara sekama. Dari lembaran, bungkus rokok, dan korek api di bilik-bilik penjara Risalah itu mampu menyirami keringnya dahaga tauhid. Dan yang paling menggetarkan adalah Khutbah Syamiyah, dihadapan ratusan ulama di Masjid Umawi Damaskus, “Di antara yang paling penting yang telah aku pelajari dan aku dapatkan dari kehidupan social manusia sepanjang hidup adalah bahwa yang paling layak untuk dicintai itu cinta sendiri, dan yang paling layak dimusuhi adalah permusuhan itu sendiri”. Cinta, dia indah yang menikmatinya. Begitu dalam novel ini, adalah kisah dramatis antara Fahmi dan Nuzula. Fahmi, pemuda desa yang mendapatkan beasiswa kuliah di Universitas Islam Madinah yang menginjak S2, dijodohkan dengan Nuzula putri Kyai Arselan, Mahasiswi di salah satu perguruan di Indonesia. Karena sebuah mode dan budaya pacaran di kalangan remaja, trend dan modernisasi membawa Nuzula dalam perangkap lingkaran syaitan budaya pacaran, yang berimbas perjodohannya dengan Fahmi dirasa Nuzula tidak pas, karena sebenarnya ia sudah punya pacar. Maka terjadilah di sana lika-liku dramatis, kegaulauan Fahmi selama kembali ke Madinah. Menutup diri, dan sampailah kisahnya ke negeri Turki. Membawanya akan berpetualang dengan beberapa tokoh baru yang berujung tumbuhnya benih-benih cinta dengan Emel dan Aysel yang dikemas kang Abik penuh apik dan magis. Pesona Turki, meneladani rekam jejek Badiuzzaman Said Nursi diramu dengan romantika membuat pembaca semakin asyik. Resensator : M. Abdul Muhith (Mahasiswa Semester 8, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Al-Ahgaff Yaman)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

buat mukhid sukses selalu ya...........!

 
Wordpress Theme by wpthemescreator .
Converted To Blogger Template by Anshul .